Tuesday, April 28, 2015

Lalai


Gadis itu kini berkubang dalam lumpur kenestapaan yang mengeruh. Menenggelamkan seluruh jengkal tubuh ringkihnya hingga tak didapati rupanya. Sejenak, gadis itu merasa akan mati dan mati adalah dekat baginya. Kekecawaan sedalam apakah sehingga gadis itu mengiba pada kuasa? Mengancam dan mengecam akan meninggalkan jasad penuh luka dengan dambaan kedamaian yang berbeda. Yang kutahu dan benar adanya, gadis itu sepenuh hati berputus asa. Acapkali, tak sengaja tersebut kata-kata yang tak baik diucapkan dan akhinrya harus terucapkan. Hingga, perbuatan yang tak baik dilakukan dan akhirnya mesti dilakukan. Dengan satu alasan: bertahan hidup.

Sunday, April 19, 2015

Retak


Aku memang bukan bagian terbaik dari hidup untuk sekadar mengerti, bahwa dunia bisa saja bertindak angkuh pada manusa yang kehilangan arah sepertiku. Aku hanya melewatkan waktu dengan bertele-tele yang demikian mengganggu nurani insaniku. Aku hidup tapi tak hidup. Aku mati tapi tak benar-benar mati. Hingga pada waktu yang tak kusebutkan, nyatanya kehadiranku hanya tiupan angin di tanah nan gersang. Tidak benar-benar ada dan tidak benar-benar dibutuhkan. Aku tidak akan mengubah banyak hal, aku tidak akan mampu mengubah keadaan, aku tidak dapat mengganti kemarau panjang dengan kesejukan dengan semudah itu. Dan, aku berpikir bahwa aku tidak benar-benar ada apalagi untuk mengubah apapun itu.

Sunday, December 14, 2014

Berkelit


"Ada kalanya, dalam hidup tidak sesederhana yang kita pikirkan. Ini bukan tentang pikiran ataupun imaginasi di dalam otakmu. Ini lebih tentang dunia yang ada di luar sana. Berbicara dengan alam semesta, galaksi, bumi, ilmu pengetahuan dan manusia. Mungkin, aku terlalu lama berkelit dengan daya pikirku sendiri. Dan ketika aku bercermin dalam kenangan masa lalu, rupanya aku tidak benar-benar mengenali diriku sendiri. Bahkan, untuk semua yang telah aku lakukan."

Sunday, December 7, 2014

Usang



Ketika semesta tidak pernah berhenti bergulir, sedangkan jiwa-jiwa lemah itu masih terpuruk mempertanyakan perihal takdir. Semua yang dapat diberikan hanyalah kecam dari nyawa-nyawa yang mengekang waktu. Seakan alam semesta pun akan runtuh, jikalau mimpi-mimpi itu nantinya tinggalah debu. Dan yang sebenarnya, aku adalah bagian dari nyawa-nyawa itu. Dan debu itu adalah bagian dari mimpi usangku. 

Saturday, October 11, 2014

Berhenti


Waktu demi waktu telah berganti, hidup pun tak pernah sama kembali. Meskipun, sering kali aku mencoba menghadang bendungan rasa rindu yang berkecamuk. Namun, nyatanya dirimu tetap dirimu. Sedangkan, aku. Hanyalah, sedemikian kecil kenangan yang mulai telah terhapus dari memorimu. Melebur dengan segala kenangan lain yang tak pantas menempati bagian dari ingatanmu. Maka, di saat itu akalku mulai mencabik-cabik khayal demi khayal yang kurengkuh sedemikian rupa. Dan, rindu itu seharusnya mati terkurung pilu. Namun, sekali lagi. Tidak pernah.

Thursday, July 24, 2014

Waktu


Tak berarti waktu memutarkan irama pesakitan bagi dia yang terluka. Tak jua hujan meneteskan perih yang tak kunjung sirna bagi dia yang mengeluh. Tak pula malam yang menggantikan siang yang teriknya memeras peluh. Seberapapun nilai dari sebuah harga diri, dunia akan meluluh lantakkanya menjadi keping-keping. 

Saturday, June 28, 2014

Asa


Langit-langit hatiku runtuh diterjang terpaan kenaasan. Sebagian jiwaku membeku ditengah kekalapan malang. Jengkal demi jengkal tubuhku tertimpa beban yang mengeras menumpulkan keimanan. Kekalutan menyerbu ruang dalam pikir dan hati. Tersibak tabir mimpi yang dulu kusimpan dengan rapat-rapat. Tersentuh lara, caci dan hina membuka hingga ke permukaan. Aku selalu mencoba menutupnya dengan doa, doa akan kembali sesuatu pada hakikatnya.