Saturday, June 28, 2014

Asa


Langit-langit hatiku runtuh diterjang terpaan kenaasan. Sebagian jiwaku membeku ditengah kekalapan malang. Jengkal demi jengkal tubuhku tertimpa beban yang mengeras menumpulkan keimanan. Kekalutan menyerbu ruang dalam pikir dan hati. Tersibak tabir mimpi yang dulu kusimpan dengan rapat-rapat. Tersentuh lara, caci dan hina membuka hingga ke permukaan. Aku selalu mencoba menutupnya dengan doa, doa akan kembali sesuatu pada hakikatnya.


Gadis itu pernah menangisi hal yang sama. Gadis itu pernah memimpikan hal yang serupa. Gadis itu pernah hendak terluka karenanya. Mimpi sejuta mimpi, hampir tertutup jalannya karena kenistaan senja. Senja yang menenggelamkan waktu pada peraduannya. Luka yang sedikit demi sedikit terseret terbawa dalamnya arus waktu. Namun tiada berhenti memberikan bayang-bayang luka pada sang gadis, kemanapun dan sampai kapanpun.

Sehingga muncul dalam kerendahan hati untuk menerima dan menjalani. Gadis itu mencoba melupakan kenistaan itu untuk kesekian kali. Walaupun, entah sampai kapan pikirnya akan berhenti mengumandangkan perihnya. Setidaknya, gadis itu telah mencoba. Gadis itu menempuh satu lagi jalan kehampaannya. Meniti jalan tanpa menoleh ke belakang. Semua insan pernah berbuat salah, demikian juga dengan sang gadis. Tiada ia ingat kembali luka yang dihujam ke relung. Setiap waktu, luka itu akan mengering dengan sendirinya.

Hanya ingatan tentang kepedihannya yang tak akan musnah. Namun gadis itu kembali tersadar, semua cipta telah beralasan. Semua jalan yang dilalui telah bermakna dalam kehidupan seseorang. Tiada yang salah dengan waktu dan kejadian. Segalanya ada karena memiliki cerita. Dan cerita itu lah akan membimbing seorang insan pada hakikatnya. Hanya saja, ada kesempatan untuk lalai ataupun kesempatan untuk menurut pada jalan yang Pencipta telah kuasakan. 

Keyakinan gadis itu meruncing pada satu asa yang kembali ia kenang. Untuk apa bersedih. Untuk apa menangis. Untuk apa meraung. Mimpi itu tak akan berubah. Mimpi itu tak akan lekang oleh kebosanan. Mimpi itulah alasan mengapa Tuhan mengajarkan untuk menjadi yang kuat. Bukankah, mimpi yang besar membutuhkan jiwa yang besar untuk menggapainya? Gadis itu mempertegas asa dalam hatinya. 

Katakan selamat datang pada perubahan. Katakan selamat tinggal pada masa yang lalu. 

Aku harus menjadi gadis yang mandiri.
Au harus menjadi gadis yang berguna bagi sesama.
Aku harus menjadi gadis yang cerdas menyikapi masalah.
Aku harus menjadi gadis yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Telah kutuliskan mimpi pada secarik kertas. Semoga dengan itu pula, menandai jejak mimpi seorang gadis yang meraih asa melalui bintang.  -Encourage yourself-

No comments:

Post a Comment