Monday, June 9, 2014

Terjebak


Kini dunia menempatkanku pada posisi yang tidak menyenangkan. Terhimpit deru caci yang menyiksa, pada beban yang dipikul dengan setengah harap, dan mati dalam kekosongan yang merongrong dalam nista. Sontak, ada kata yang bergejolak untuk segera dimuntahkan. Tapi bibirku membisu, terdiam dalam kegamangan. Aku benar-benar berada di ujung kelelahanku.



Ada sebagian dari hatiku merintih dalam tangis, betapa terkecewakannya hati seseorang yang tiada lepas mendoakanku. Aku mengecewakannya. Aku melepaskan untaian doanya dengan segenggam keegoisan yang tak berujung. Aku membangkang dengan setitik jiwa yang ternoda akan kesombongan. Tak kusadari, aku telah meremehkan sebagian dari takdir yang mengisyaratkanku pada satu tujuan. Dan aku mengingkarinya dengan kehinaan. 

Aku terjebak dalam penyesalan. Aku hanya mampu mengaduh dengan kelaraan dan merengkuh dalam kegelapan. Hingga telah habis air mata ini, hingga bengkak kedua mata memerih dalam kedukaan. Aku pun menyadari sampai kapanpun aku menangis. Aku tidak akan mengubah detik-detik yang telah terjadi. Aku tak mampu mengubah suratan dan takdir yang telah tergores. Hanya jika Engkau berkenan, aku mampu melangkah kembali. Dengan syarat, jika aku sabar menunggu kesempatan, dan apabila aku mampu menyongsongnya dengan kedua tangan yang terbuka. 

No comments:

Post a Comment